Selasa, 05 Juni 2012

fenomena dunia desain/seni


Desain Itu Juga Seni Rupa

Saya agak terkejut membaca tulisan Saudara Eka Sofyan Rizal yang berjudul “Desain Itu Seni Terapan”. Pernyataan tentang terapan sudah jelas bahwa itu melekat dengan fungsi, sehingga tidak perlu dipermasalahkan. Tetapi ketika kata terapan dikonotasikan sebagai sebuah hasil kerja dari seorang desainer yang harus obyektif dan bebas dari pengaruh subyektifitas, hal ini yang agak membingungkan. Yang saya tangkap bahwa Eka terjebak pada pemikiran yang dilandasi oleh ideologi modernisme. Yang mana antara seni terap dan seni murni dilihat dalam konteks oposisi biner. Seniman pembuat karya seni murni dan desainer pembuat karya seni terap. Seniman dalam penciptaan karya seni otonom, karya seni murni merupakan ekspresi individu yang subyektif yang menghadirkan keunikan individu, karya yang memancarkan otentisitas seniman yang bersifat tunggal, deepness dan aura estetis yang subyektif dan individual sangat mewarnai karya seni.
Pemikiran yang dilandasi oleh modernisme ini sudah lama ditinggalkan oleh para seniman di dunia sejak tahun tahun 60-an hingga 70-an. Di Indonesia sendiri pemikiran ini selesai sejak munculnya Gerakan Seni Rupa Baru. Praktik seni rupa sulit sekali dibedakan dengan praktik pembuatan karya seni terap. Seni murni yang tadinya dikerjakan oleh tangan seniman sendiri, karena tangan seniman dianggap sebagai jarum seismograf dari rasa dan emosi seniman sudah ditinggalkan. Pemujaan terhadap otentisitas dan ketunggalan tidak lagi menarik. Karya-karya seni rupa meninggalkandeepness kini menghadirkan hal-hal yang banal, kitsch, dan sangat sementara – seperti karya-karya instalasi. Seniman membuat perencanaan yang dikerjakan oleh sebuah team pelaksana sebagaimana seorang desianer.
Sebaliknya karya seorang desainer tidak lagi hanya sekedar bermuara pada obyektifitas dan pasar. Saya melihat bahwa karya-karya desianer grafis yang baik serta memiliki keunikan dan sangat cerdas, tidak bisa dipungkiri bahwa itu bersumber pada pengalaman individu, pemahaman kebudayaan yang juga bersifat personal serta pengalaman hidup dan lainnya yang sangat personal. Jelas bahwa subyektifitas melekat pada setiap karya seni yang bernama desain.
Praktik dalam dunia desain grafis seringkali sulit dibedakan dengan praktik seni rupa lainnya. Sebagai contoh karya “Change Yourself” dari Iwang harus dikategorikan apa? Seni rupa? Atau Desain Grafis? Karya itu secara kebentukan dan media-media yang digunakan adalah sebagai desain grafis, tetapi karya itu tidak hanya beredar dan dimaknai sebagai desain grafis, karena karya itu telah dipamerkan di galeri seni rupa kontemporer sebagai proyek seni rupa yang bagus. Karya-karya seni terap yang lain seperti illustrasi, graffiti atau objek visual lainnya yang semula dikategorikan sebagai seni terap, kini beredar dari satu galeri seni rupa ke galeri seni rupa kontemporer lainnya. Semakin tipisnya batas antara satu displin seni dengan seni lainnya adalah fenomena yang umum terjadi pada dunia seni kontemporer yang dilandasi oleh kebudayaan post modern. Artinya kalau kita memposisikan karya seni kita masih dalam kategori-kategori seni terap dan seni murni, berarti kita memposisikan diri kita dalam masa lalu yang telah ditinggalkan.
Kalau kita masih ingin membedakan antara desain dan seni rupa, maka perbedaan itu terletak pada fungsi. Desain grafis mempunyai fungsi untuk menyampaikan sebuah pesan kepada khalayak, sehingga sebuah desian grafis mengemban fungsi sosial pada pesan yang diemban yang disampaikan kepada khalayak luas dengan melalui media yang sudah direncanakan untuk bisa menjangkau khalayak luas. Sedangkan seni rupa sebagai ekspresi individual yang tak mempunyai fungsi sosial yang bertindak sebagai mediator untuk menyampaikan pesan kepada khalayak luas, sehingga juga tidak mengemban tanggungjawab sosial yang sama seperti desain grafis. Namun seni rupa tetap mempunyai tanggungjawab sosial, karena seni rupa juga mempunyai makna dan nilai-nilai sosial. Bagi saya membatasi diri dalam sebuah pengkotak-kotakan justru membatasi cakrawala seorang desainer, seniman atau perupa dalam penggalian ide-ide kreatif dalam proses penciptaan karya seni rupa atau karya desain. Sempitnya orientasi dan cakrawala pada akhirnya akan berpengaruh terhadap nilai estetis sebuah karya seni sehingga tak akan mampu menembus batasan-batasan seni sebagai bagian dari kebudayaan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar